Sebagai seorang guru, terkadang saya merasa bingung bagaimana cara mengajarkan suatu materi yang dapat menstimulus perasaan anak sehingga memberikan feedback positif. Sebagian dari kita mungkin mendapat hal serupa tatkala harus mengajarkan suatu materi yang terkesan menjemukan, kita mendapat respon apatis dari siswa bahkan terlihat antipati.
Dalam beberapa pelajaran khususnya pelajaran outdoor atau pelajaran yang hubungannya dengan hobby yaitu : Pendidikan Jasmani, Seni Budaya dan Keterampilan, ICT dll. Mungkin perasaan itu tidaklah dominan. Tapi bagaimana dengan yang lainnya, apakah demikian? Jawabannya mungkin beragam. Tapi lebih tepatnya adalah “BISA”. Tergantung bagaimana cara kita menyampaikannya.
Frolebel (dalam Dadan Djuanda, 2006) seorang pendidik dari Jerman, ia percaya bahwa salah satu alat yang terbaik untuk mendidik anak-anak ialah melalui permainan. Menurut pendapatnya anak-anak lebih siap dan berpotensi untuk bermain daripada cara lain. John Locke seorang filusuf Inggris pada abad ke 17, ia meyakini bermain dapat membantu usaha mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan Rousseau dan Emile menekankan pentingnya bermain yang dapat bermanfaat dalam perkembangan anak. (Dadan Djuanda, 2006: 14) bahkan Conny R. Semiawan (1994:64) lebih menekankan lagi, menurutnya “Dunia anak adalah dunia gerak dan bermain”.